My Facebook

  1. Muria_Foundation
AJARAN AHLI SUNNAH WAL JAMA’AH

AJARAN AHLI SUNNAH WAL JAMA’AH


Sudah termaktub dalam Nash Hadits bahwa Umat Islam akan terpecah belah menjadi 73 golongan. Hingga sampai abad ke-20 ini sudah banyak sekali aliran-aliran yang mengaku sebagai Agama Islam namun semuanya berbeda faham atau ideologi dasar. Antara satu dengan yang lainnya memiliki dasar berbeda, yang dibuat pegangan dalam dakwah mereka. Di antara golongan atau kelompok tersebut adalah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, golongan yang mengikuti Sunnah Nabi dan juga mengikuti jejak para shahabat Nabi. Di Indonesia golongan Ahlu Sunnah Wal Jama’ah adalah Nahdlotul Ulama atau yang sering disingkat NU. Hukum dasar NU bersumber pada Al-Qur’an, Al-Hadits, Ijma’ Ulama, dan Qiyas. Semua ajaran yang diamalkan Nahdliyyin ( untuk menyebut pengikut NU) berlandaskan pada 4 hukum tersebut, diantaranya adalah: Tawassul, ziarah ke makam Auliya’, perayaan maulid Nabi, tahlilan, dll.
Namun tidaklah ramai dunia ini kalau tidak ada perdebatan, atau perselisihan. Itulah kenapa golongan-golongan lain yang tidak sefaham dengan NU sering memfitnah, mencaci, dan bahkan mengkafirkan Nahdliyyin, yang notabene merupakan mayoritas umat Islam Indonesia. Mereka menganggap kalau hanya merekalah yang paling benar, bahkan ironisnya, mereka secara terang-terangan mengatakan bahwa ajaran NU yang selama ini dianut dan dilaksanakan muslim Indonesia adalah sesat. Padahal gajah di pelupuk mata malah tak tampak, Na’udzubillah….
Hal demikian tentu sangat meresahkan Nahdliyyin yang telah lama mengamalkan ajaran-ajaran Ahlus Sunnah wal Jama’ah (NU), dan menghatirkan apabila menjadi lemah dan hilangnya ideologi NU dalam diri mereka.
Untuk mencegah hal tersebut, Para Ulama telah menjawab dan menjelaskan secara detail tradisi NU, besertaan dengan dalil-dalil yang menguatkannya, bi Ridloi Allah SWT.
1.      Tahlilan dan baca’an al-Qur’an yang di hadiahkan kepada mayit.


Tahlil adalah bacaan لااله الاالله , namun acara tahlilan yang biasa di laksanakan umat muslim di Indonesia pada prakteknya tidak cuma lafadz tersebut yang di baca, tapi juga di awali dengan tawassul, dan membaca ayat Al-Qur’an, dzikir-dzikir, dan di akhiri dengan shodaqohan dari shohibul musibah, yang semua pahala tersebut dihadiahkan kepada keluarga, kerabat, guru, atau para Ulama yang telah meninggal. Disamping itu, masyarakat juga mengharap mendapatkan keberkahan dalam hidup di dunia dan akhirat.
Kumpulan acara Tahlilan tersebut bukanlah suatu bid’ah, seperti yang dituduhkan oleh mereka yang membenci NU, tapi ada dalil yang mendasarinya, dalil-dalil tersebut adalah:
a.      Tawasul
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya” (QS. Al-Maidah 35)

حدثنا الحسن بن محمد قال حدثنا محمد بن عبد الله الأنصاري قال حدثني أبي عبد الله بن المثنى عن ثمامة بن عبد الله بن أنس عن أنس  : أن عمر بن الخطاب رضي الله عنه كان إذا قحطوا استسقى بالعباس بن عبد المطلب . فقال اللهم إنا كنا نتوسل إليك بنبينا فتسقينا وإنا نتوسل إليك بعم نبينا فاسقنا قال فيسقون.
( صحيح البخارى ج ١ ص ٣٤٢ المكتبة الشاملة )
Keterangan dalam kitab “At-Tawassul” karangan As-Syaikh Albani menyatakan: “Bertawassul yang diizinkan dalam syara’ adalah tawassul dengan nama-nama dan sifat-sifat Allah, tawassul dengan amalan soleh dan tawassul dengan doa orang shaleh.”
b.      Membaca ayat Al-Qur’an
مَنْ اَعَانَ عَلَى مَيِّتٍ بِذِكْرٍ أَوْ قِرَاءَةٍ اِسْتَوْجَبَ اللهُ لَهُ الْجَنَّةَ (رواه النسائ والدارمى عن ابن عباس)
“Barang siapa memberi pertolongan kepada mayit dengan dzikir atau bacaan al-Qur’an maka Allah memastikan mayit itu masuk surga”
Hadits yang dikemukakan oleh Dr. Ahmad as-Syarbashi, guru besar pada Universitas al-Azhar, dalam kitabnya, Yas`aluunaka fid Diini wal Hayaah juz 1 : 442, sebagai berikut:
وَقَدِ اسْتَدَلَّ الفُقَهَاءُ عَلَى هَذَا بِأَنَّ أَحَدَ الصَّحَابَةِ سَأَلَ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّم فَقَالَ لَهُ: يَا رَسُولَ اللهِ إِنَّا نَتَصَدَّقُ عَنْ مَوتَانَا وَنُحَجُّ عَنْهُمْ وَنَدعُو لَهُمْ هَلْْ يَصِلُ ذَلِكَ إِلَيْهِمْ؟ قَالَ: نَعَمْ إِنَّهُ لَيَصِلُ إِلَيْهِمْ وَإِنَّهُمْ لَيَفْرَحُوْنَ بِهِ كَمَا يَفْرَحُ اَحَدُكُم بِالطَّبَقِ إِذَا أُهْدِيَ إِلَيْه
“Sungguh para ahli fiqh telah berargumentasi atas kiriman pahala ibadah itu dapat sampai kepada orang yang sudah meninggal dunia, dengan hadist bahwa sesungguhnya ada salah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw, seraya berkata: Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami bersedekah untuk keluarga kami yang sudah mati, kami melakukan haji untuk mereka dan kami berdoa bagi mereka; apakah hal tersebut pahalanya dapat sampai kepada mereka? Rasulullah saw bersabda: Ya! Sungguh pahala dari ibadah itu benar-benar akan sampai kepada mereka dan sesungguhnya mereka itu benar-benar bergembira dengan kiriman pahala tersebut, sebagaimana salah seorang dari kamu sekalian bergembira dengan hadiah apabila hadiah tersebut dikirimkan kepadanya!"
c.       Dzikir
Allah SWT berfirman:                وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُون            
 “ Dan berdzikirlah kepada Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”
 (QS: Al-Jum’ah 10)
-          Dalil bacaan Tahlil
أفضل ما قلت أنا والنبيون قبلى عشية عرفة لا إله إلا الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد وهو على كل شىء قدير ( جمع الجوامع ج ١ ص ٤٣٩٤ المكتبة الشاملة )

-          Dalil bacaan Tasbih
حدثنا زهير بن حرب حدثنا ابن فضيل عن عمارة عن أبي زرعة عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه و سلم قال " كلمتان خفيفتان على اللسان ثقيلتان في الميزان حبيبتان إلى الرحمن سبحان الله العظيم سبحان الله وبحمده " ( صحيح البخارى ج ٥ ص ٢٣٥٢ المكتبة الشاملة )
“Dua kalimat yang ringan diucapkan tapi berat timbangannya (di akhirat), dan disukai Allah SWT adalah Subhanallahil adhim subhanallah wa bihamdih”
-          Dalil bacaan Istighfar
حدثنا محرز بن عون حدثنا عثمان بن مطر حدثنا عبد الغفور عن أبي نصيرة عن أبي رجاء : عن أبي بكر عن النبي صلى الله عليه و سلم قال : عليكم بلا إله إلا الله والاستغفار فأكثروا منهما فإن إبليس قال : أهلكت الناس بالذنوب فأهلكوني بلا إله إلا الله والاستغفار فلما رأيت ذلك أهلكتهم بالأهواء وهم بحسبون أنهم مهتدون.
( مسند ابي يعلى ج ١ ص ١٢٣ المكتبة الشاملة )

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ بْنُ عَبْدِ الْوَارِثِ عَنْ حَمَّادِ بْنِ سَلَمَةَ عَنْ عَاصِمٍ عَنْ أَبِى صَالِحٍ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « الْقِنْطَارُ اثْنَا عَشَرَ أَلْفَ أُوقِيَّةٍ كُلُّ أُوقِيَّةٍ خَيْرٌ مِمَّا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ ». وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِى الْجَنَّةِ فَيَقُولُ أَنَّى هَذَا فَيُقَالُ بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ ».
(سنن ابن ماجه ج ١١ ص ١٩٦ المكتبة الشاملة )
d.      Shodaqohan
حدثنا محمد بن عبد الرحيم أخبرنا روح بن عبادة حدثنا زكرياء بن إسحاق قال حدثني عمرو بن دنيار عن عكرمة عن ابن عباس رضي الله عنهما : أن رجلا قال لرسول الله صلى الله عليه و سلم إن أمه توفيت أينفعها إن تصدق عنها ؟ قال ( نعم ) . قال فإن لي مخرافا وأشهدك أني قد تصدقت به عنها.
( صحيح البخارى ج ٣ ص ١٠١٩ المكتبة الشاملة )
Mereka yang beranggapan amal yang dihadiahkan kepada orang yang telah meninggal tidak bisa sampai, karena amal orang lain tidak akan memberi manfa’at apapun baginya. Manusia hanya berhak menerima imbalan dari amal perbuatannya sendiri. Mereka bertendensi dengan sebuah ayat dan hadits;
وَأَنْ لَيْسَ لِلإِنْسَانِ إِلاَّ مَا سَعَى
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diperbuat”
(QS: an-Najm.39)
إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ اِنْقَطَعَ عَمَلُهُ
“ Ketika anak cucu Adam meninggal, maka terputuslah amalnya” (HR.Muslim)
Padahal pengertian dari ayat tersebut adalah bahwa al-Qur’an hanya memberitakan kalau seseorang tidak memiliki hak apapun kecuali atas apa yang telah dilakukan. Sedangkan Hadits Nabi di atas menjelaskan tentang terputusnya amal, bukan terputusnya manfa’at sebuah amal.
Dalam ayat lain Allah SWT menyatakan bahwa orang yang telah meninggal dapat menerima manfaat doa yang dikirimkan oleh orang yang masih hidup. Allah SWT berfirman:
وَالَّذِيْنَ جَاءُوْامِنْ بَعْدِ هِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَااغْفِرْلَنَا وَلإخَْوَانِنَاالَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإَْيْمَانِ
“Dan orang-orang yang datang setelah mereka, berkata: Yaa Tuhan kami, ampunilah kami dan ampunilah saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dengan beriman” (QS Al-Hasyr 59: 10)
            Ayat ini menunjukkan bahwa doa generasi berikut bisa sampai kepada generasi pendahulunya yang telah meninggal.
Imam Kurdi mengatakan: “Ada orang membaca Al-Qur’an lalu menghadiahkan pahalanya kepada ruh Nabi Muhammad SAW, juga untuk ruh fulan dan fulan. Dengan demikian, pahala yang dihadiahkan kepada Nabi secara muthlak akan sampai kepada Beliau, bahkan akan dilipat gandakan, begitu juga pahala yang dihadiahkan kepada selain Nabi akan sampai kepada mereka. Pendapat serupa juga diutarakan oleh mayoritas Ulama Syafi’i dan juga imam tsalatsah.
Jadi sudah sangat jelas bahwa Tahlilan yang dilakukan masyarakat NU tidak menyimpang dari syari’at Islam, karena di dalamnya berisi tawasul, membaca Al-Qur’an, dzikir-dzikir, dan shodaqoh yang semuanya dianjurkan oleh Agama Islam.
Kalau mereka masih mengatakan tahlilan adalah sesat, karena tidak ada tuntunan syara’ pada zaman Nabi, padahal jelas-jelas di dalam acara tahlilan berisi tawassul, bacaan al-Qur’an, dzikir-dzikir, lantas bagaimanakah dengan acara semisal Party, Resepsi, Arisan, atau kumpulan-kumpulan lain yang sering mereka adakan? Yang di dalamnya cuma ada pembicaraan bisnis, omong kosong,  bahkan gosib, Astaghfirullah….
Kalau dianalogikan, acara tahlilan seperti halnya kita mendo’akan saudara kita yang tersesat di hutan atau hilang di tengah lautan luas, kita yang tidak tahu di mana letak kordinatnya dan bagaimana kondisi saudara kita di sana, apakah selamat atau tidak, maka apa yang kita lakukan di rumah? Tentu semua orang pasti sudah tahu jawabannya, yang bisa kita lakukan adalah berdo’a memohon keselamatan saudara kita, berdo’a memohon agar saudara kita terhindar dari mala bahaya, apakah tindakan kita itu salah? Tentu itu boleh-boleh saja. dan mengeluarkan shodaqoh dalam tahlilan ibarat kita mengirim tim penyelamat, jika tim penyelamat itu benar-benar berpengalaman maka pasti akan menemukan saudara kita yang hilang, begitu juga shodaqoh, jika kita benar-benar ikhlas maka pahalanya pasti akan sampai ke mayit yang kita do’akan dalam tahlilan.
Semoga penjelasan ini akan lebih menguatkan hati dan ideologi masyarakat NU pada khususnya, dan semoga akan membuka pintu hati mereka yang menentang ajaran NU, Amiiin…





2.      Peringatan Maulid Nabi
Maulid Nabi adalah hari dimana Insan termulia, Nabi akhir zaman, Sayyidina Muhammad SAW dilahirkan. Nabi Muhammad adalah Nabi terakhir setelah Nabi Isa, Beliau dilahirkan pada tahun 570 M, di kota Makkah. Sebagai Nabi bagi Umat Islam Beliau sangat berperan penting dalam membentuk karakter umat Islam dalam hal ibadah maupun ahwal duniawi, memberi suri tauladan dengan akhlaknya yang mulia, baik sebagai hamba Allah, Pemimpin umat, maupun kepala Negara. Dialah manusia yang paling sempurna di muka bumi ini, karna Dia semua makhluk di bumi tercipta, kepada Dia kita mengharap syafaat kelak di hari kiamat, Beliau adalah kekasih Allah SWT yang hadir sebagai penerang kegelapan dunia, dan sebagai suri tauladan bagi seluruh umat manusia. Sholawat dan salam kami haturkan kepada Engkau wahai kekasih Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu”
(QS. Al-Ahzab.21)
Peringatan maulid Nabi adalah wujud syukur dan gembira atas lahirnya Nabi Muhammad SAW, dan ekspresi kecintaan kita kepada Beliau. Masyarakat Islam di Indonesia pada khususnya, dan seluruh dunia pada umumnya, beramai-ramai memperingati hari lahir Nabi Muhammad, dengan perayaan yang berbeda-beda, namun pada pasarnya ada nilai ketaatan dan tidak bercampur dengan maksiat di dalamnya. Misalnya: sikap syukur, membaca dan mendengarkan bacaan Al-Quran, bershodaqoh, mendengarkan mauidhoh hasanah atau menuntut ilmu, membaca sejarah dan keteladanan Nabi, dan membaca sholawat yang kesemuanya dianjurkan oleh agama dan ada dalilnya di dalam Al-Qur'an dan as-Sunah.
Dalil-dalil tersebut antara lain:
مَنْ أَحَبَّنِى كَانَ مَعِى فِى الْجَنَّةِ .الحديث
“Barang siapa mencintaiku maka dia akan bersamaku di surga”
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم مَنْ عَظَّمَ مَوْلِدِى كُنْتُ شَفِيْعًا لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ اَنْفَقَ دِرْهَمًا فِى مَوْلِدِى فَكَأَنَّمَا اَنْفَقَ جَبَلاً مِنْ ذَهَبٍ فِى سَبِيْلِِ اللهِِ
“ Barang siapa memuliakan hari kelahiranku maka aku akan memberinya syafa’at kelak di hari kiamat, dan barang siapa bersedekah satu dirham pada hari kelahiranku maka dia seperti bersedekah gunung yang terbuat dari emas di jalan Allah SWT ”.
عن ابن عباس رضي الله عنهما أنّ رسولَ الله صلى الله عليه و سلم قَدِمَ الْمَدِيْنَةَ فَوَجَدَ الْيَهُوْدَ صِيَامًا يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ فَقَالَ لَهُمْ رَسُوْلُ اللهِ صلّى الله عليه و سلم  : مَا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي تَصُوْمُوْنَهُ ؟ فَقَالُوْا هَذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ أَنْجَى اللهُ فِيْهِ مُوْسَى وَقَوْمَهُ وَغَرَّقَ فِرْعَوْنَ وَقَوْمَهُ فَصَامَهُ مُوْسَى شُكْرًا فَنَحْنُ نَصُوْمُهُ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عليهِ و سَلَّمَ فَنَحْنُ أَحَقُّ وَأَوْلَى بِمُوْسَى مِنْكُمْ فَصَامَهُ رَسُوْلُ اللهِ صلّى الله عليه و سلَّمَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ.
( صحيح مسلم ج ٢ ص ٧٩٥  المكتبة الشاملة )
“ Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwasanya Rasulullah SAW tiba di Madinah, kemudian Beliau melihat orang-orang Yahudi melakukan puasa pada hari Asyura. Maka Nabi bertanya kepada mereka: “Hari apakah ini yang kalian melakukan puasa di dalamnya?” mereka menjawab: “Hari ini adalah hari agung, yang pada hari itu Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya serta menenggelamkan Fir’aun beserta pengikutnya, kemudian Musa berpuasa pada hari itu karena bersyukur kepada Allah, maka kami sekarang berpuasa”. Nabi Muhammad lalu bersabda: “Kami lebih berhak dan lebih layak mengikuti Musa daripada kalian". Kemudian Nabi Muhammad berpuasa dan menyuruh untuk berpuasa.
Untuk hadits yang terakhir menunjukkan sebuah pesan tentang peringatan syukur atas nikmat dan selamat dari petaka. Syukur ini bisa dilakukan dalam setiap tahun, tepat pada hari yang sama. Bentuk syukurpun boleh diungkapkan dalam bentuk yang berbeda, seperti bersujud, berpuasa, bersedekah atau yang lainnya.
Dan beberapa qoul para Shahabat Nabi:
قال ابو بكر الصديق رضي الله عنه مَنْ اَنْفَقَ دِرْهَمًا فِى مَوْلِدِ النَّبِى صلّى الله عليه وسلّم كَانَ رَفِيْقِى فِى الْجَنَّةِ
Abu Bakar As-Shiddiq berkata:“Barang siapa bersedekah satu dirham pada hari kelahiran Nabi maka ia akan menjadi temanku kelak di surga”
وقال عمر رضي الله عنه مَنْ عَظَّمَ مَوْلِدَ النَّبِى صلّى الله عليه وسلّم فَقَدْ اَحْيَا اْلاِسْلاَمَ
Umar bin Khattab berkata: “Barang siapa memulyakan hari kelahiran Nabi maka ia sungguh telah menghiduplan Islam”
وقال عثمان رضي الله عنه مَنْ اَنْفَقَ دِرْهَمًا عَلَى قِرَاءَةِ مَوْلِدِ النَّبِى صلّى الله عليه وسلّم فَكَأَنَّمَا شَهِدَ يَوْمَ وَقْعَةِ بَدْرٍ وَحُنَيْنٍ
Utsman bin Affan berkata: “Barang siapa bersedekah atas bacaan maulid Nabi, maka ia seperti mati syahid pada waktu perang badar dan hunain”
وقال على رضي الله عنه مَنْ عَظَّمَ مَوْلِدَ النَّبِى صلّى الله عليه وسلّم لاَ يَخْرُجْ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ بِاْلاِيْمَانِ[1]
Ali bin Abi Thalib berkata: “Barang siapa memulyakan hari kelahiran Nabi, maka ia tidak akan mati kecuali dengan membawa iman”
Qoul atau perkataan para shahabat Nabi menurut sebagian Ulama, seperti Imam Maliki, Abu Bakar Ar-Razi, Abu Said shahabat Imam Abu Hanifah, begitu juga Imam Syafi’i dalam Madzhab Qadimnya, dapat dijadikan sebagai sumber penetapan hukum. adapun dalil-dalilnya adalah sebagai berikut:
a. Firman Allah SWT yang berbunyi :
šcqà)Î6»¡¡9$#ur tbqä9¨rF{$# z`ÏB tûï̍Éf»ygßJø9$# Í‘$|ÁRF{$#ur tûïÏ%©!$#ur Nèdqãèt7¨?$# 9|¡ômÎ*Î/ šÅ̧ ª!$# öNåk÷]tã (#qàÊuur çm÷Ztã
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah”. (At-Taubah : 100).
Dalil naqli di atas sungguh Allah SWT telah memberikan apresiasi bagi orang yang mengikuti para Shahabat. Maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa kita diperintahkan untuk mengikuti petunjuk-petunjuk mereka, dan oleh karena itulah fatwa-fatwa mereka dapat juga dijadikan hujjah.
b. Sabda Rasulullah SAW Yang berbunyi :
اَصْحابِى كالنُّجُوْمِ بِأَيِّهِمْ اِقْتَدَيْتُمْ اِهْتَدَيْتُمْ
“Shahabatku bagaikan bintang-gumintang, apa saja yang mereka tunjuki kepada kamu, maka itu adalah merupakan petunjuk bagi kamu”.
Adapaun Hadits lain berbunyi:
“Saya adalah kepercayaan (orang yang dipercayai) shahabatku, sedangkan shahabatku adalah kepercayaan para umatku”.[2]
Ibnul Qayyim berpendapat bahwa pendapat para Shahabat lebih mendekati pada Al-Quran dan as-sunnah dibanding pendapat para Ulama yang hidup sesudah mereka, dengan mengatakan: “Bila seorang shahabat mengemukakan suatu pendapat, atau menetapkan suatu hukum, atau memberikan suatu fatwa, tentu ia telah mempunyai pengetahuan, baik yang hanya diketahui oleh para Shahabat, maupun pengetahuan yang juga kita miliki.[3]
Dengan demikian sudah sangat kuatlah dalil yang mendasari kebolehan merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, para Shahabat Nabi yang mulia dan tinggi derajatnya disisi Nabi pun merayakan Mulid Nabi, apalagi kita yang tidak ada apa-apanya.
Kita yang mengaku sebagai umat Islam, umat Nabi Muhammad SAW apakah salah jika kita bersyukur atas kelahiran Beliau Nabi Muhammad? Apakah salah jika kita membaca sejarah dan keteladanan Beliau? Nabi yang menyelamatkan kita dari zaman jahiliyyah, Nabi yang kita harapkan syafa’atnya kelak di hari kiamat.
Mereka yang menyalahkan dan mengharamkan perayaan maulid Nabi, kenapa malah setiap tahun mereka merayakan Ulang Tahun mereka, orang tua, atau kerabat mereka. mereka merayakan hari jadi atau hari berdirinya organisasi atau perusahaan mereka.
Dan anehnya, mereka mengharamkan pembacaan sejarah Nabi, tapi mereka dengan bangga membaca sejarah Isaac Newton, Karl Marx, Aristoteles, dll.
Apa-apaan ini, Nabi Muhammad yang begitu agung tidak mereka rayakan hari lahirnya, bahkan mengharamkan perayaannya, sedangkan hari lahir mereka atau pendahulu mereka dirayakan dengan megah, bahkan mengeluarkan dana yang luar biasa besarnya. Perayaan Maulid Nabi yang di dalamnya terdapat pembacaan sejarah Nabi yang jelas-jelas Manusia mulia, tidak pernah berbuat dosa, dan menjadi suri tauladan bagi manusia, seperti yang telah Allah SWT firmankan, malah mereka anggap sesat dan bid’ah yang haram, sedangkan kumpulan diskusi yang membaca sejarah orang Yahudi atau kaum Barat yang jelas-jelas tidak beragama Islam mereka boleh-boleh saja. Apa tidak kuwalat? Ora kuwalik udele? (istilah jawa: bagi orang yang tidak tahu diri dan sopan santun). Astaghfirullah….,semoga mereka disadarkan oleh Allah, kembali pada jalan yang benar, dan ikut turut serta memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW.
Allahumma Sholli ‘ala Sayyidina Muhammad, Sholawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Engkau wahai kekasihku…





M. NAILASH SHOFA
Mahasiswa STAIN Jurusan Tarbiyah PBA



[1] KH. M. Sya’roni Ahmadi, Al-Faroid As-Saniyah wa ad-Duror al-Bahiyyah, Kudus, 2001, hlm. 6-7.
[2] Al-Imam Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fiqh, Darul Fikri Al-Arabi, Beirut, 1957, hlm 212-213.
[3] Op.Cit Al-Imam Muhammad Abu Zahrah, hlm. 213-214.